Wakan, Lombok Timur — Oktober 2025, Dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan fasilitas sekolah, para guru dan siswa santri SMP IT Nurul Muttaqin Wakan berinisiatif membangun sebuah kantin sederhana yang ramah santri dan memanfaatkan bahan seadanya. Kegiatan ini menjadi bukti nyata semangat kreativitas, kemandirian, dan produktivitas santri di lingkungan pesantren yang terus berkembang.
Dari Bahan Bekas Menjadi Ruang Produktif
Pembuatan kantin ini tidak dilakukan dengan bahan-bahan baru atau mahal. Sebaliknya, para guru dan santri bersama-sama mengumpulkan material bekas seperti papan, seng, dan kayu sisa bangunan lain yang masih layak pakai. Melalui kerja sama yang terarah dan ide kreatif, bahan-bahan itu disusun menjadi bangunan kantin yang fungsional dan estetis.
“Kami ingin mengajarkan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk berhenti berkarya. Justru dari bahan seadanya kita bisa melatih akal, rasa, dan kemandirian,” ujar salah satu Murobbi SMP IT Nurul Muttaqin Wakan yang turut memimpin kegiatan ini.
Konsep dan desain kantin sepenuhnya dirancang sederhana namun estetik oleh Orang tua dan Murobbi kami H.Jamhuri Ihsan, QH, dengan tetap mempertahankan nilai kesederhanaan dan keindahan. Kantin ini dibuat agar mencerminkan lingkungan Islami yang bersih, tertib, dan mendidik. Penataan ruang dibuat terbuka agar nyaman digunakan santri saat istirahat maupun setelah kegiatan belajar.
Setiap elemen desain memperhatikan fungsi dan efisiensi, mulai dari posisi meja, arah cahaya alami, hingga sirkulasi udara. Dengan bahan bekas dari seng, kayu yang dipotong dan dicat ulang, kantin tampak layak dan menarik tanpa menghilangkan nilai keasliannya.
Kolaborasi Guru dan Santri
Seluruh proses pengerjaan dilakukan secara gotong royong. Para guru dan siswa santri bekerja berdampingan—mengukur, memotong, mengecat, hingga menyusun rangka. Tak jarang, suasana penuh canda dan semangat mengiringi proses pembangunan, mencerminkan kekompakan keluarga besar SMP IT Nurul Muttaqin Wakan.
“Kantin Happy ini bukan hanya tempat makan, tapi simbol dari sebuah harapan agar semua yang disini pada senang atau bahagia terlepas dari berbagai kesibukan keagamaan maupun sekolah di pondok, juga sebagai simbol kerja sama dan kreativitas kami,” ujar salah satu astatiz yang ikut membantu mengecat.
Kantin Sebelum Di Buat
![]() |
| Kantin Sudah Mulai Dibuat |
Hasilnya bukan hanya berupa bangunan fisik, tetapi juga pengalaman hidup yang berharga bagi para santri. Mereka belajar bahwa produktivitas lahir dari kemauan, bukan dari kelimpahan bahan.
![]() |
| Bahan Baku dari Bekas yang ada |
SMP IT Nurul Muttaqin Wakan berkomitmen untuk terus mengembangkan budaya kerja nyata, kreativitas, dan kemandirian di lingkungan pesantren. Pembuatan kantin sederhana ini menjadi salah satu langkah kecil yang menunjukkan bahwa dari bahan bekas pun dapat lahir karya yang bermakna dan mendidik.




